Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pasukannya telah mencegat dan menghancurkan dua drone Ukraina di atas Moskow.
Pasukan pertahanan udara Rusia “menekan” serangan pesawat tak berawak Ukraina di Moskow, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan, menuduh Kiev meluncurkan “aksi teroris” terhadap ibu kota negara itu.
Serangan Senin pagi terjadi sehari setelah Ukraina bersumpah untuk “membalas” serangan rudal Rusia di pelabuhan Laut Hitam Odesa.
“Upaya rezim Kyiv untuk melakukan aksi teroris dengan melakukan dua drone pada objek di wilayah kota Moskow dihentikan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia.
“Dua drone Ukraina ditekan dan jatuh. Tidak ada korban jiwa.”
Tidak ada komentar dari Ukraina.
Walikota Moskow Sergei Sobyanin mengatakan serangan drone terjadi sekitar pukul 04:00 waktu setempat (01:00 GMT).
Kantor berita TASS Rusia mengatakan salah satu drone jatuh di Komsomolsky Prospekt, yang berada di dekat Kementerian Pertahanan Rusia, sementara yang lain menghantam pusat bisnis di Jalan Likhacheva dekat salah satu jalan lingkar utama Moskow.
Kantor berita Reuters melaporkan dua ledakan keras sebelum serangan yang dilaporkan.
Kantor berita RIA Novosti memposting video pusat bisnis, dengan beberapa kerusakan terlihat di bagian atas gedung tinggi.
Jalan di sekitarnya ditutup.
Moskow terletak sekitar 500 km (310 mil) dari perbatasan Ukraina, tetapi telah dilanda beberapa serangan drone tahun ini, bahkan salah satunya menghantam Kremlin pada bulan Mei.
Awal bulan ini, Rusia mengatakan telah menjatuhkan lima drone Ukraina yang mengganggu fungsi Bandara Internasional Vnukovo Moskow.
Sementara itu, pasukan Rusia di Ukraina telah menggempur kota pelabuhan Odesa sejak Moskow membatalkan kesepakatan yang mengizinkan biji-bijian Ukraina diekspor melintasi Laut Hitam minggu lalu.
Serangan terbaru di kota itu pada hari Minggu menewaskan dua orang dan merusak parah sebuah katedral bersejarah.
Pendeta menyelamatkan ikon dari puing-puing di Katedral Transfigurasi yang rusak parah, yang dihancurkan pada 1936 di bawah Stalin dan dibangun kembali pada 1990-an setelah runtuhnya Uni Soviet.
Pemerintah Ukraina mengutuk serangan katedral sebagai “kejahatan perang” dan mengatakan serangan itu “dihancurkan dua kali: oleh Stalin dan Putin”.
Presiden Volodymyr Zelenskyy menjanjikan pembalasan: “Mereka pasti akan merasakannya,” katanya.
“Kita tidak bisa membiarkan orang di seluruh dunia terbiasa dengan serangan teroris,” tambah Zelenskyy dalam pidato malamnya Minggu malam.
“Target dari semua rudal ini bukan hanya kota, kota atau orang. Target mereka adalah kemanusiaan dan dasar dari seluruh budaya Eropa kita.”